Selasa, 06 Desember 2011

Dimana Pemudaku yang Dulu?

Melihat pemuda dari sisi masa sekarang dan masa lampau sungguh sangat berbeda. Gaya hidup dan pemikiran yang kontras, juga sikap dan daya tahan yang semakin tergilas. Itulah potret pemuda jaman sekarang. Krisis identitas membuat mereka bingung dan terombang-ambing dari satu mode ke mode yang lain. Padahal kita punya satu bangsa yang besar dan wajib dibanggakan. Tapi kenapa satu-persatu pemuda sejati bangsa menghilang? Mereka menjadi tidak percaya diri dan lebih membanggakan produk negara lain? Gaya berpakaian, makanan, film - mereka terbawa arus globalisasi yang kemudian berubah menjadi kaum hedon yang gemar mengkonsumsi budaya pop.
Ironis. Saat pemuda yang harusnya menjadi kebanggaan keluarga dan bangsa, diidam-idamkan, malah sibuk dengan dirinya sendiri dan bersikap apatis pada keadaan sekitar. Dimanakah gelar kritis dan dinamis yang selalu disematkan disetiap dada pemuda? Mungkinkah karena terlalu nyaman pasca merdeka dan dimanjakan oleh teknologi canggih mereka menjadi lupa dengan tugas melanjutkan pembangunan?
Penulis merindukan sosok-sosok pemuda zaman sebelum merdeka. Bung karno dengan semangat pergerakannya, Hatta, Syahrir dan masih banyak lagi para penggerak yang notabene dulunya seusia dengan kita, seusia dengan pemuda sekarang. Dengan berani kaum muda mendebat kaum tua untuk menyegerakan kemerdekaan. Mereka berani mengambil keputusan dan membuktikan bahwa tindakan yang mereka ambil tepat dan akhirnya terlaksanalah proklamasi kemerdekaan. Sungguh, pemuda sangat mempesona jika mereka mau dan berkeyakinan melaksanakann perannya. Menjadi pemuda yang mandiri, gagah berani dan berarti bagi orang lain, bangsa maupun negara.
Maka dari itu, kitalah pemuda itu. Pemuda yang siap menjalani revolusi baru. Meninggalkan sikap abu-abu dan berubah menjadi penentu. Hendaklah kita memupuk rasa nasionalisme yaitu memulainya dengan mengenal diri sendiri, mencintai bangsa ini dan memahami budaya lokal.
Mencemooh budaya bangsa sendiri berarti mencoreng wajah kita masing-masing. Marilah, budayakan sikap interospeksi diri. Bukan negara yang berubah dan rusak tetapi orang-orang yang di dalamnyalah yang meracuni diri mereka sendiri atau teracuni oleh budaya lain. Nasionalisme, nasionalisme! Ciptakan sifat cinta tanah air kalian dan temukan efek positifnya. Identitas yang hilang akan segera diketemukan. Salam sumpah pemuda!
Minggu, 9 0ktober 2011

By: Lilian Ikom B

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls